Kamis, 30 Juli 2015

[SMA] Analisis Adaptasi Novel Menjadi Film : The Hunger Games

Novel dan film merupakan bentuk-bentuk dari teks naratif yang terdiri dari suatu struktur. Chatman (1980:22-26) menjabarkan struktur naratif menjadi dua, yaitu pertama, cerita atau isi, kedua wacana atau ekspresi. Cerita dapat terbentuk dari peristiwa dan eksistensi. Bentuk dari wacana atau ekspresi adalah struktur dari transmisi naratif. Sedangkan substansi dari wacana atau ekspresi berupa manifestasi yang dapat berbentuk verbal, sinematik (film), balet, pantomime, dan lain-lain.

Cerita yang dituturkan dalam film bisa berasal dari banyak sumber, namun pada hakikatnya dibagi menjadi dua, yakni cerita asli dan cerita adaptasi. Cerita asli maksudnya film tersebut lahir dari buah pikiran penulisnya, sedangkan cerita adaptasi yakni sebuah film bersumber dari media lain yang kemudian dibuat menjadi sebuah film (Ade, 2009:42). Salah satu media tersebut adalah novel. Munculnya fenomena pengangkatan novel ke bentuk film merupakan perubahan substansi dari wacana yang memunculkan istilah ekranisasi.Istilah ekranisasi dimunculkan pertama kali oleh Bluestone (1957:5) yang berarti proses pemindahan atau perubahan bentuk dari sebuah novel ke dalam bentuk film. Berdasarkan asal katanya, Eneste (1991:60) mengartikan ekranisasi sebagai pelayarputihan (ecran dalam bahasa Prancis berarti layar). Lebih jauh, Eneste menyatakan bahwa ekranisasi merupakan proses perubahan pada alat yang dipakai, proses penggarapan, proses penikmatan, dan waktu penikmatan (1991:60-61). Perubahan yang terjadi dari bentuk novel ke bentuk film tersebut dilakukan dalam rangka fungsi (Isaacs, 1970:144-146).

Upaya memfilmkan novel sudah berlangsung nyaris sama tuanya dengan usia perfilman itu sendiri. Sejak zaman film bisu (film yang hanya menyajikan gambar atau tanpa suara) hal ini sudah dilakukan. Bahkan, pada awalnya film mengadaptasi novel secara utuh (persis seperti novelnya). Sutradara Austria Erich Von Stroheim mengadaptasi novel McTeague karya Frank Norris (1899) mengisahkan misteri pembunuhan seorang pelayan dengan begitu rinci. Alhasil, film yang kemudian diberi judul Greed itu bentuk aslinya memakan waktu putar sekitar 12 jam (Ade, 2009:42).

Sapardi Djoko Damono (2005: 96) menyebut ekranisasi dengan istilah lain yakni alih wahana. Istilah ini hakikatnya memiliki cakupan yang lebih luas dari ekranisasi. Lebih lanjut, Sapardi menjelaskan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke dalam jenis kesenian lain. Alih wahana yang dimaksudkan di sini tentu saja berbeda dengan terjemahan. Terjemahan atau penerjemahan adalah pengalihan karya sastra dari satu bahasa ke bahasa yang lain, sedangkan alih wahana adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi jenis kesenian lain. Sapardi Djoko Damono mencontohkan cerita rekaan diubah menjadi tari, drama, atau film. Alih wahana juga dapat dilakukan dari film ke novel, atau bahkan puisi yang lahir dari lukisan atau lagu dan sebaliknya. Lebih lanjut disebutkan bahwa di dalam alih wahana akan terjadi perubahan. Dengan kata lain, akan tampak perbedaan antara karya yang satu dan karya hasil alih wahana tersebut.

Alih wahana novel ke  film misalnya,  tokoh,  latar,  alur,  dialog,  dan  lain-lain  harus diubah sedemikian  rupa sehingga sesuai dengan keperluan jenis kesenian lain (2005: 98). Perbedaan wahana atau media secara  langsung akan mempengaruhi cara penyajian cerita,  bentuk  penyajian  cerita.  Selain  masalah  keterbatasan (limit)  yang  dimiliki  oleh masing-masing media, masalah proses resepsi, pembacaan, penulis skenario atau penyutradaraan terhadap karya tersebut juga akan berpengaruh terhadap kehadiran karya adaptasi (Bluestone, 1957: 1). Dalam proses tersebut, kompleksitas permasalahan ideologi dan tujuan-tujuan, intensi, pesan, misi, dan keinginan penulis  skenario,  sutradara  ataupun produser  sangat dipengaruhi oleh  jiwa zaman, fenomena sosial yang berkembang, kultural, dan sosial masyarakatnya.

Adaptasi pada hakikatnya memiliki konsep yang sama dengan alih wahana. Richart Krevolin (2003:78) menjelaskan, “Adaptasi adalah proses menangkap esensi sebuah karya asli untuk dituangkan ke dalam media lain. Memang tidak bisa dihindari beberapa elemen akan tetap digunakan dan beberapa lainnya akan ditinggalkan tetapi jiwa cerita itu haruslah sama.” Adaptasi (adaptation) adalah proses pengolahan terhadap suatu cerita yang dilakukan secara bebas dan disesuaikan dengan lingkungan (Laelasari, 2006:11). Seperti halnya alih wahana, adaptasi dapat dilakukan dari suatu karya menjadi karya yang lain dengan beberapa perubahan di dalamnya. Perubahan ini terjadi biasanya menyangkut struktur suatu karya misalnya adanya perbedaan tokoh, penambahan dan pengurangan alur cerita, dan perbedaan sudut pandang. 

Karya hasil adaptasi telah menjadi sebuah karya baru yang utuh, meskipun sering ditemui beberapa komponen yang sama dan tidak dapat lepas dari karya sebelumnya. Karya hasil adaptasi dengan karya asli (karya yang diadaptasi) memiliki nilai yang sama. Hal yang menentukan baik tidaknya karya tersebut adalah keutuhan karya disesuaikan dengan media yang digunakan. Asrul Sani (1991:1) mengungkapkan bahwa sebuah film yang didasarkan pada sebuah novel, biarpun di atara keduanya terdapat kesamaan adalah suatu kesatuan artistik yang lain dari novel yang menjadi sumbernya. Hasil transformasi sebuah novel ke dalam sebuah film adalah sesuatu yang lepas dari novel tersebut, dan harus dinilai lepas dari novel yang menjadi sumbernya. Sumber : www.sastranusantara.wordpress.com

Berikut contoh tugas manganalisis adaptasi novel menjadi film, disini saya mengangkat topik novel The Hunger Game : Silahkan DOWNLOAD DISINI